Warna dalam arsitetkur tidak hanya merepresentasikan warna-warni, dekorasi ataupun estetika saja, namun juga dipakai untuk menciptakan dan merepresentasikan kesan pada area desain dan juga sebagai pembatas maya antar ruangan ataupun area desain. Hal ini disebabkan oleh proses otak manusia yang mampu menerima dan mengkritik suasana secara objektif dan subjektif. Selain itu, penggunaan warna pada suatu desain juga mempengaruhi kelakuan, karakter, kenyamanan dan juga pengalaman penggunanya.
Warna pokok yang menghasilkan warna lainnya, terdiri dari merah, biru, kuning
Warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer, terdiri dari oranye, hijau, ungu/violet
Warna yang terletak diantara warna primer dan sekunder pada lingkaran warna, terdiri dari merah violet, merah jingga, kuning jingga, kuning hijau, biru hijau, biru violet
Warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer dan sekunder, terdiri dari coklat merah, coklat kuning, coklat biru
Warna yang dihasilkan dari campuran dua warna tersier, terdiri dari coklat jingga, coklat ungu, coklat hijau
merupakan warna yang tidak mempunyai kemurnian warna, tidak termasuk kedalam kategori warna primer maupun sekunder.
warna yang saling berlawanan satu dengan lainnya, umumnya saling bersebrangan antara warna primer dan sekunder.
tone warna hangat seperti merah, oranye, kuning
terdiri dari warna biru, hijau, ungu/violet
Warna juga merupakan persepsi sensorik, dan oleh sebab itu, warna mempunyai efek simbolis, dan emosi. Logika ini telah dibuktikan oleh studi secara ilmiah, karena tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan sehingga aspek neuropsikologis, efek psikosomatis, ergonomi visual, dan efek psikologis warna merupakan komponen dari ergonomi warna. Terdapat 3 aksi yang mampu dicapai dalam permainan warna yaitu:
Dalam arsitektur, permainan warna yang berbeda pada komponen dinding, lantai dan juga plafon akan menghasilkan efek visual dan suasana yang berbeda-beda pula. Misalnya, jika kita mengaplikasikan warna yang gelap pada plafon maka ruangan tersebut akan terkesan lebih rendah, jika mengaplikasikan warna pada dinding tengah ruangan maka akan menciptakan impresi pemendekan spasial namun sebaliknya jika kita mengaplikasikan warna pada keseluruhan dinding maka persepsi ruangan yang lebih panjang dari bentuk fisik aslinya akan tercipta.
Selain faktor psikologi, warna dalam arsitektur juga mempunyai tujuan lainnya untuk dicapai dalam suatu proyek. Misalnya pada proyek dengan pengguna utama anak-anak, pemilihan warna yang sesuai akan dilakukan untuk memotivasi psikologi anak dan perkembangan sensorik pada anak. Lalu, apabila proyek yang berhubungan dengan kesehatan misalnya rumah sakit, maka pemilihan warna akan disesuaikan dengan warna yang memberikan kesan ketenangan. Dan misalnya pada proyek perkotaan, umumnya pemilihan warna akan disesuaikan dengan yang memberikan kesan restorasi, menghidupkan kembali, dan atau identitas spasial area pada perkotaan itu.
Seorang arsitek harus mampu mempertimbangkan efek - efek warna yang akan terjadi saat dipadukan dengan elemen konstruksi bangunan, mulai dari elemen utama dalam konstruksi seperti kayu, batu, beton, bata, batu alam hingga variasi warna pada pintu, jendela dan dinding. Sebab kesan suatu warna dan pesan yang akan disampaikan sangat penting dalam menciptakan suasana ruang yang nyaman dan mendukung.
Berikut merupakan warna primer dan sekunder berserta perwakilannya dalam psikologi warna yang bisa kamu pertimbangkan dan kembangkan saat mendesain.
share:
recent post :